Fenomena Mudik Lebaran Antara Tradisi dan Gengsi

Bagi sebagian besar perantau, mudik "wajib" hukumnya. Alhasil, segala upaya dilakukan demi bisa pulang ke kampung halaman.

Para perantau yang berduit, memboyong seluruh keluarganya dengan naik mobil pribadi ataupun mobil carteran atau bahkan naik pesawat terbang. sementara perantau dengan penghasilan terbatas, memilih mudik menggunakan angkutan umum atau hanya mengandalkan kendaraan roda dua yang mereka miliki. Meskipun harus berkendara ratusan kilometer dengan ancaman bahaya kecelakaan di jalan raya, para bikers ini terlihat enjoy saja. Yang penting sampai di kampung halaman dengan selamat, dengan biaya yang cukup murah, yang penting hati-hati.


Memang mudik mempunyai kekuatan yang sangat dahyat dari segi sosial dan ekonomi. Mudik sudah menjadi tradisi yang begitu lekat bagi pemudik dimana saja. Tidak hanya yang merantau di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung atau kota lainnya. Tradisi mudik ini sudah menjadi budaya bagi bangsa Indonesia yang sepanjang tahun terus menggelincir utamanya pada Hari Lebaran atau hari besar agama lainnya.

Pemerintah sudah menyiapkan diri menghadapi fenomena mudik ini dengan berbagai persiapan yang cukup matang dan terencana, di antaranya Jalur mudik dibuat selancar mungkin dengan memperbaiki sarana prasarana seperti jalan jembatan, bandara dan pelabuhan. Begitu pula sektor keamanan, kepolisian jauh-jauh hari telah mempersiapkan pengamanan mudik dan lebaran dengan mengerahkan ribuan petugas yang memantau jalan di ratusan titik. Untuk pemudik yang menggunakan sepeda motor kepolisian juga mempersiapakan pengamanan khusus dengan pengawalan di rute-rute yang rawan kecelakaan.

Dari sektor keuangan pemerintah lewat Bank Indonesia juga mempersiapkan uang pecahan kecil senilai ratusan milyar guna kelancaran acara mudik perantau di kampung halaman.

Selain itu, pemerintah juga menggandeng pihak swasta untuk menyukseskan acara mudik ini, dengan cara menyediakan berbagai macam layanan yang ditujukan untuk kenyamanan para pemudik. Pemerintah tidak mau dianggap gagal dalam rangka pelaksaan mudik yang sudah mentradisi di Indonesia ini.

Tradisi dan Gengsi

Bagi sebagaian orang acara mudik ini merupakan acara tradisi yang harus dijaga kelestariannya, selain sebagai perwujudan cinta pada tanah kelahiran juga perwujudan menghormati para leluhur mereka. Sehingga tidak mengherankan jika mereka telah sampai dikampung mereka tidak lupa akan ayah, ibu, saudara baik yang masih hidup atau telah meninggal dunia.

Selain itu dengan acara khusus mereka kembali merekat jalinan persaudaraan yang telah putus satu tahun, dua tahun, lima tahun bahkan ada pula yang pulang mudik setelah puluhan tahun mereka merantau. Lamanya mereka tidak mudik mungkin karena kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan, faktor tempat yang sangat jauh atau faktor biaya yang cukup besar.

Pada hakekatnya dalam batin mereka bila dalam satu tahun tidak mudik ke kampung halaman rasanya tidak enak dengan para sanak saudara, namun karena berbagai macam keterbatasan mudik mereka menjadi tertunda. Meskipun saat ini sudah ada pesawat telepon namun mereka menganggap mudik dengan langsung begitu afdol meskipun menghabiskan biaya yang cukup lumayan.

Selain tradisi ada pula yang mengatakan mudik merupakan acara gengsi atau unjuk gigi memamerkan keberhasilan mereka dalam merantau, oleh karena itu acara mudik ini biasanya mereka memboyong berbagai macam hal yang dapat meningkatkan gengsinya. Misalnya membawa mobil, perhiasaan, perabotan sampai dengan uang dan makanan yang nantinya dibagikan kepada sanak saudara atau tetangga. Mereka juga acap bercerita tentang kesuksesan usaha mereka di perantauan seraya mengajak saudaranya dikampung ikut merantau mencari rezeki dikota seperti dirinya. Hal inilah yang kadang membuat pusing pemerintah daerah yang daerahnya didatangi oleh pekerja hasil rekrutan para pemudik.

Dengan berbagai fenomena yang ada inilah mudik merupakan sesuatu kekuatan rutin yang perlu dipersiapakan sematang mungkin oleh para pemudik itu sendiri dan juga pemerintah. Dengan persiapan yang cukup matang inilah tradisi mudik ini bisa dinikmati dengan seluruh lapisan masyarakat dengan aman dan nyaman sampai di tujuan. Mungkin fenomena mudik ini hanya ada negeri kita Indonesia, kalaupun di negara lain ada, kekuatannya tidak sedahyat yang ada di Indonesia. Itu semua karena kultur bangsa Indonesia yang memang masih mencintai budaya leluhur kita. Selamat mudik bagi pembaca semua !!!!

Penulis: Nana Suryana

Posting Komentar untuk "Fenomena Mudik Lebaran Antara Tradisi dan Gengsi"